Israel lagi-lagi mengeklaim berhasil membunuh komandan markas Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Khatam Al Anbiya, Ali Shadmani, dalam serangan ke Teheran pada hari ini, Selasa (17/6).
Sebelumnya, Israel juga membunuh Kepala Intelijen IRGC Mohammad Kazemi serta dua perwira tinggi intelijen IRGC Hassan Mohaghegh dan Mohseb Bagheri.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di serangan membabi buta Israel pada 13 Juni, mereka juga membunuh Kepala Staf Angkatan Bersenjata Militer Iran Mayor Jenderal Mohammad Bagheri, Komandan Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami, Komandan Markas Besar Khatam Al Anbiya dan anggota IRGC Mayor Jenderal Gholami Rashid.
Deretan jenderal Iran yang tewas memicu asumsi negara itu disusupi mata-mata atau agen yang bekerja untuk badan intelijen Israel, Mossad.
Apa peran Mossad dalam serangan Israel baru ini?
Sebelum Israel melancarkan serangan besar, mata-mata mereka sudah berada di Iran.
Menurut pejabat keamanan Israel, Mossad telah menyelundupkan senjata ke Iran sebelum serangan dan akan menggunakan senjata itu untuk menargetkan pertahanan dari dalam.
Para pejabat mengatakan Israel mendirikan pangkalan untuk meluncurkan pesawat tanpa awak peledak di wilayah Iran dan drone itu kemudian dipakai menargetkan peluncur rudal di dekat Teheran.
Mossad juga menyelundupkan senjata presisi untuk menargetkan sistem rudal permukaan ke udara sehingga membuka jalan bagi Israel melakukan lebih dari 100 serangan pada 13 Juni.
Agen-agen Mossad kemudian mengumpulkan informasi sebanyak mungkin di Iran sehingga memberi angkatan udara Israel kemampuan menargetkan komandan dan ilmuwan nuklir senior.
Bersambung ke halaman berikutnya…
Dalam tindakan yang langka, Mossad merilis video beberapa operasi yang menunjukkan drone menyerang peluncur rudal. Operasi ini menampilkan kedalaman intelijen Israel membobol rahasia paling dijaga ketat.
Operasi tersebut juga membuat Mossad tampak seperti kekuatan yang hampir tak terhentikan di Iran termasuk pejabat tinggi.
“Mossad memperlakukan Iran seperti taman bermain selama bertahun-tahun,” kata peneliti senior di Washington Institute Holly Dagres, dikutip CNN.
Dari pembunuhan ilmuwan nuklir hingga sabotase fasilitas nuklir Iran, Mossad menunjukkan kemampuan mereka.
Sumber keamanan Israel mengatakan operasi terbaru itu mengharuskan pasukan komando beroperasi jauh di dalam Teheran dan di seluruh negeri sambil menghindari deteksi dari badan keamanan dan intelijen Iran.
Lebih lanjut, sumber mengatakan tim Mossad menargetkan rudal pertahanan udara, rudal balistik, dan peluncur rudal saat serangan Angkatan Udara Israel dimulai.
Sumber keamanan Israel kedua mengatakan operasi Mossad direncanakan selama bertahun-tahun, melibatkan upaya pengumpulan intelijen dan penempatan pasukan komando Mossad jauh di belakang garis musuh.
Selain itu, sumber keamanan juga mengatakan sejumlah pasukan komando Mossad beroperasi di Teheran.
Selain pangkalan drone, Mossad mengerahkan sistem senjata berpemandu presisi di dekat sistem pertahanan udara rudal Iran yang diaktifkan saat mereka mulai menyerang.
Jauh sebelum serangan Israel kali ini, intelijen negara tersebut mencuri arsip nuklir Iran dari Teherap pada 2018. Curian itu berisi 55.000 halaman informasi nuklir Iran.